Motivasi berpangkal pada kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2008: 73).
Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada dikalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya (Sardiman, 2008: 80-81).
Dalam hal ini ada beberapa teori motivasi yang selalu bergayut pada soal kebutuhan, yaitu:
Bila seorang guru ingin siswanya belajar dengan baik, maka harus dipenuhi seluruh kebutuhannya. Anak yang lapar, merasa tidak aman, tidak dikasihi, tidak diterima sebagai anggota masyarakat kelas, goncang harga dirinya, tentu tidak akan dapat belajar dengan baik.
Selain teori diatas, ada teori-teori lain tentang motivasi yang perlu diketahui (Sardiman, 2008: 80-84), yaitu:
Prinsip-prinsip motivasi belajar perlu dipedomani guru. Sebab, dengan memedomani prinsip-prinsip motivasi belajar, pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadi pembelajarn yang motivasional. Suatu pembelajaran yang menggairahkan siswa untuk belajar, yang membuat siswa tidak tertekan ketika belajar dan menjadikan siswa butuh dengan aktivitas belajar (Ali Imron, 2011: 145).
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan terlepas dari factor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu motivasi yang kuat.
Baca Juga: PP Nomor 19 Tahun 2017 Tentang Guru
Menurut Mc. Donald sebagaimana ditulis kembali oleh Sardiman (2008: 73-74) “motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhdap adanya tujuan”.
Menurut Mc. Donald sebagaimana ditulis kembali oleh Sardiman (2008: 73-74) “motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhdap adanya tujuan”.
Dari pengertian tersebut, motivasi mengandung tiga elemen penting, yaitu; (1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan perubahan energi pada setiap individu manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) afeksi seseorang, (3) Motivasi merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Teori tentang Motivasi
Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada dikalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya (Sardiman, 2008: 80-81).
Dalam hal ini ada beberapa teori motivasi yang selalu bergayut pada soal kebutuhan, yaitu:
- Kebutuhan fisiologis; seperti lapar, haus, istirahat, dan sebagainya.
- Kebutuhan akan rasa aman (security); bebas dari takut dan cemas.
- Kebutuhan akan Cinta dan Kasih; rasa diterima dalam masyarakat atau golongan.
- Kebutuhan untuk aktualisasi diri; mengembangkan bakat.
Selain teori diatas, ada teori-teori lain tentang motivasi yang perlu diketahui (Sardiman, 2008: 80-84), yaitu:
- Teori insting; Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan instinf atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall.
- Teori fisiologis; Teori ini juga disebutnya “Behavior Theoris” menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan tentang makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kebutuhan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggel for survival.
- Teori Psikoanalitik; Teori ini mirip dengan teori insting, namun lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.
Prinsip Motivasi Belajar
Prinsip-prinsip motivasi belajar perlu dipedomani guru. Sebab, dengan memedomani prinsip-prinsip motivasi belajar, pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadi pembelajarn yang motivasional. Suatu pembelajaran yang menggairahkan siswa untuk belajar, yang membuat siswa tidak tertekan ketika belajar dan menjadikan siswa butuh dengan aktivitas belajar (Ali Imron, 2011: 145).
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan terlepas dari factor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu motivasi yang kuat.
Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterapkan dalam pembelajaran. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar (Sumiati & Asra, 2008: 237), yaitu:
- Jika materi pembelajaran yang dipelajarinya bermakna karena sesuai dengan bakat, minat, dan pengetahuan dirinya, maka motivasi belajar siswa akan meningkat.
- Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dikuasai siswa dapat dijadikan landasan untuk menguasai pengetahuan, sikap, dan keterampilan selanjutnya.
- Motivasi belajar siswa akan meningkat jika guru mampu menjadi model bagi siswa untuk dilihat dan ditiru.
- Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk melaksanakan tugas.
- Suasana proses pembelajaran yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa.
- Dapat mengembangkan kemampuan belajar siswa seperti berfikir logis, sistematis, induktif, atau deduktif.
Sedangkan Ramayulis (2005: 120) mengemukakan beberapa prinsip motivasi dalam pembelajaran, diantaranya yaitu:
- Kebermaknaan; Peserta didik akan tertarik belajar jika materi yang dipelajari berguna atau penting bagi dirinya. Contoh, pendidik dapat memberikan argumen tentang perlunya peserta didik menjauhi zina dengan membuat contoh akibat orang yang melakukan zina.
- Pengetahuan dan keterampilan prasyarat; Peserta didik akan dapat belajar dengan baik jika dia telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Contoh, peserta didik akan tertarik mempelajarai tayamum kalau sebelumnya ia telah mempunyai pengetahuan tentang wudlu.
- Model; Peserta didik membutuhkan model untuk ditiru (uswah). Ia akan menguasai keterampilan baru dengan baik jika guru memberikan keteladanan yang baik untuk ditiru.
- Komunikasi terbuka; Adanya komunikasi yang terbuka antara guru dan peserta didik. Kondisi pembelajaran perlu dikondisikan sedemikian rupa yang membuat peserta didik merasa nyaman.
- Penilaian tugas; Pemberian tugas terlalu sering akan membuat peserta didik lelah. Sebaliknya, pemberian tugas yang terlalu lama akan membuat peserta didik tidak merasa dinilai hasil belajarnya. Sehingga tugas yang baik ialah yang tidak terlalu cepat dan terlalu lama rentang waktunya.
- Mengembangkan beragam kemampuan; Sekolah perlu menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang; sehingga anak dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal. Hal ini yang perlukan adalah layanan unggul, bukan sekolah unggul.
- Melibatkan sebanyak mungkin indera; Peserta didik akan belajar secara optimal jika dalam belajarnya dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajarn tercapai (Munadi, 2008: 47).
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.
Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar (Ahmadi, 2004: 83).
Selain itu, menurut E. Mulyasa (2013: 158) motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan bealajar karena motivasi menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Oleh karena itu, motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran.
Selain itu, menurut E. Mulyasa (2013: 158) motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan bealajar karena motivasi menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Oleh karena itu, motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran.
Para peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi dan mereka akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian dan ingin selalu terlibat dalam suatu tugas atau kegiatan.
Semakin kuat motivasi yang mendorong untuk belajar semakin tinggi hasil belajar yang mungkin untuk dicapai. Semakin penting arti suatu aktivitas bagi pemecahan kebutuhan tertentu semakin keras usaha yang dilakukan. Dan pendapat tersebut, maka untuk belajar dengan baik diperlukan motivasi. Makin tepat motivasi yang kita berikan kemungkinan makin berhasil belajarnya.
Semakin kuat motivasi yang mendorong untuk belajar semakin tinggi hasil belajar yang mungkin untuk dicapai. Semakin penting arti suatu aktivitas bagi pemecahan kebutuhan tertentu semakin keras usaha yang dilakukan. Dan pendapat tersebut, maka untuk belajar dengan baik diperlukan motivasi. Makin tepat motivasi yang kita berikan kemungkinan makin berhasil belajarnya.
Belajar sangat memerlukan adanya motivasi. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pelajaran itu. Sehingga motivasi ini memengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi (Sardiman, 2008: 85), yaitu:
- Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
- Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
- Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong dan penggerak manusia dalam berbuat, penentu perbuatan, dan dapat menyeleksi perbuatan manusia. Adanya motivasi dalam diri manusia selama proses belajar mengajar adalah penting untuk mencapai tingkat keberhasilan belajarnya.
Adanya intensitas motivasi dalam diri siswa, akan sangat menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Untuk itu guru harus dapat memberikan dan menumbuhkan motivasi belajar siswa seoptimal mungkin melalui keterampilan-keterampilan mengajar yang dikuasai dan dimilikinya.
Motivasi dibagi menjadi dua macam (Sardiman, 2008: 89-90), yaitu:
Macam-macam Motivasi
Motivasi dibagi menjadi dua macam (Sardiman, 2008: 89-90), yaitu:
Motivasi Instrinsik
Yakni motif-motif menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, maka tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Jika dilihat dari tujuan belajar, maka motivasi instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar itu sendiri.
Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lainnya. Instrinsic motivation are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes.
Motivasi Instrinsik misalnya ialah siswa yang belajar, karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai ataupun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.
Motivasi Instrinsik misalnya ialah siswa yang belajar, karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai ataupun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif karena adanya rangsangan dari luar. Sebagi contoh seseorang itu belajar karena keesokan harinya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh gurunya, orang tuanya, atau temannya. Jadi belajar bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tapi karena nilai atau hadiah.
Misalnya, seseorang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau temannya atau bisa jadi, seseorang rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya.
Jadi, tujuan belajar bukan untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, pujian ataupun hadiah dari orang lain. Ia belajar karena takut hukuman dari guru atau orang tua. Waktu belajar yang tidak jelas dan tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi contoh bahwa seseorang belajar karena adanya motivasi ekstrinsik.
Di dalam kegiatan belajar-mengajar motivasi sangat diperlukan baik instrinsik maupun ekstrinsik. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Donal O. Hebb dalam Munadi (2008: 47) menjelaskan bahwa guru dapat memotivasi siswanya dengan dua cara yakni arousal dan expectancy, pertama ia menyebutnya arousal adalah suatu usaha guru untuk membangkitkan intrinsic motive siswanya. Sedangkan yang kedua expectancy adalah keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Secara lebih rinci, bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi dalm kegiatan belajar-mengajar disekolah (Sardiman, 2008: 92-95), diantaranya ialah: (1) Memberi angka (nilai), (2) Hadiah, (3) Saingan/kompetisi, (4) Ego-Envolvement, (5) Memberi ulangan/ujian, (6) Mengetahui hasil, (7) Pujian, (8) Hukuman, (9) Hasrat untuk belajar, (10) Minat, (11) Tujuan yang diakui.
Di samping bentuk-bentuk motivasi yang sudah dijelaskan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.
Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Di dalam kegiatan belajar-mengajar motivasi sangat diperlukan baik instrinsik maupun ekstrinsik. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Donal O. Hebb dalam Munadi (2008: 47) menjelaskan bahwa guru dapat memotivasi siswanya dengan dua cara yakni arousal dan expectancy, pertama ia menyebutnya arousal adalah suatu usaha guru untuk membangkitkan intrinsic motive siswanya. Sedangkan yang kedua expectancy adalah keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Secara lebih rinci, bentuk atau cara untuk menumbuhkan motivasi dalm kegiatan belajar-mengajar disekolah (Sardiman, 2008: 92-95), diantaranya ialah: (1) Memberi angka (nilai), (2) Hadiah, (3) Saingan/kompetisi, (4) Ego-Envolvement, (5) Memberi ulangan/ujian, (6) Mengetahui hasil, (7) Pujian, (8) Hukuman, (9) Hasrat untuk belajar, (10) Minat, (11) Tujuan yang diakui.
Di samping bentuk-bentuk motivasi yang sudah dijelaskan di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
- Asri, Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
- E. MulyasA. 2013. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
- Imron, Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
- Munadhi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada Press
- Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama islam. Jakarta: Kalam Mulia
- Sardiman. 2008. Interaksi dam Motivasi belajar-mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
- Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima